nulis random 2015: Blok dan mahasiswa yang menggeliat

Jumat, 12 Juni 2015 0 komentar

Tiba-tiba saja sistem yang dinamai blok itu datang dan menggusur sistem sebelumnya. Kedatangannya yang tiba-tiba itu mengegerkan fakultas ilmu kesehatan beserta mahasiswanya. Aku sebenarnya tak mengerti adakah hubungan yang signifikan, mengapa setelah kedatangan sistem macam itu malah membuat mataku akrab dengan aksi mahasiswa. bawa sialkah dia? atau... sistem itu telah banyak ikut memberi tekanan, yang bukan akademisi jadi lebih sensitif tingkahnya se sensitif perempuan kalau lagi datang bulan. :)

Sebenarnya bagus, aku yang setengah akademisi sedikit ikut menikmati. Ketika dalam tiga minggu berturut-turut kami menghadapi pelajaran yang serupa. Focus on subject, cukup membuat kita fokus tapi hanya untuk tiga minggu kedepannya. setelahnya kita harus mengubah mindset lagi, mengutak atik otak untuk nerima pelajaran baru yang cukup asing nan rumit. Apalagi jika karakter subject nya sangat berbeda dari sebelumnya. alaaamaa... Itulah yang dirasakan para pejuang blok seperti yang dirasakan seorang pelaut ketika terombang ambing ditengah lautan. Yang pasti, kami tak selihai bunglon dalam beradaptasi. Tidak.

Kekurangannya banyak, kedatangan sistem blok menggemparkan seisi hati begitu aku menemukan fakta bahwa beberapa mata kuliah dihapuskan tanpa aba-aba. Lalu diharapkan dengan relanya waktu yang telah tersita, otak yang telah diperas, tangan yang dipaksa untuk menulis, uang yang terogoh sampai kantong kosong, dan tidur yang tak kubiarkan menjamahi mimpi hingga satu semester dalam mata kuliah itu, tidak ada artinya? Tidak cukup mampu membelai nasibnya?

Kenapa mereka harus digertak untuk ikut berbaris di transkrip nilai kami? Bukankah kami telah memperjuangkannya, kenapa tidak diteruskan? 
Mungkin memang benar, bahwa sikap individualisme sudah dihidupkan kembali. "Itu masalahmu, kami hanya mengikuti aturan." mungkin itulah dikepala mereka. Apkah tidak cukup, peluh kami menjadi alasan untuk kalian memperhitungkan keberadaan mata kuliah kami yang lenyap?

Saya sama sekali tak memperhitungkan nilai, jika hanya cara meraihnya tak sesulit demikian. Tidak hanya ilmu, waktu dan uang bagi mahasiswa juga adalah bahan perhitungan. Kami hanya mahasiswa, belum punya cukup uang untuk memiliki pengacara.

Di sisi lain, kami harus menentang rasa sakit, ketika lagi-lagi sistem blok telah menaikkan harga absen. nilai absen sehari sehrga 2 pertemuan, lalu persyaratan berbatas dua kali tak hadir untuk bisa duduk manis ketika ujian tiba. Sehari mungkin di tolerir, lalu sehari berikutnya harus ada keterangan dokter. Sedangkan dompet kami tak selalu mampu bertatap muka dengan seorang yang di sapa dokter. tapi ku fikir kalian tahu, bahwa swamedikasi yang kami lakukan dengan obat rata2 hany bisa mencapai efek ketika diminum tiga kali sehari. Apa dengan satu kali berefek itu sudah bisa menyembuhkan secara total, sampai kami benar-benar siap mengabdi untuk sistem blok lagi?

Kami tidak manja, hanya ingin kalian ikut merasai sedikit saja. atau sekedar jadi payung ketika kami butuh tempat berteduh.

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Mengepak fajar | TNB