menulis random 2015: keRelaan yang sia-sia

Jumat, 12 Juni 2015 0 komentar

Belakangan ini aku mulai resah
Mungkin memang iya baru mengalami, pasal itu juga baru sadarnya sekarang. Betapa malangnya nasib mahasiswa yang mengaku berpendidikan juga bermoral.

Dikelas yang terbilang sesak untuk menampug mahasiswa itu diam-diam mungkin sedang terbahak. Ia berhasil menarik mahasiswa islam dengan relanya mengikuti perkuliahan meski telah bercucur keringat di wajah mereka yang penat. Masih pagi. Matahari mungkin belum benar-benar bangun dari tempat tidurnya. Namun kelas itu sudah membawa hawa panas kemana-mana. Masih pagi. beberapa tangan mulai merobek kertas untuk dijadikan kipas. Materi yang disajikan dosen seperti surat kabar yang mesti menguras nalar. Masih pagi, dan AC yang terpajang itu membatu.

Rela sekali. Demi sebuah ilmu duniawi. Rela sekali. 

Kelas itu tersenyum sinis saat aku mendatangi. Siang-siang di hari jumat dan matahari sedang berkibar bebas di atas kepala. Kelas memang telah selesai, tapi beberapa teman, memilih duduk-duduk di depan kelas saja, mereka menunggui asistensi yang diadakan oleh asisten. rela sekali. 

Suaraku telah terkuras, keringatku telah terperas, dan tak ada yang benar-benar menggubris.
"Kajian sudah dimulai", ajakku satu persatu.

"Ah..." atau sekedar tertawa cekikikan. Apa salahnya? batinku. 

Apakah segitu tak tahu dirinya mahasiswa sekarang? Mereka bekeliaran tak tahu tujuan, atau rela duduk di kelas panas sekalian sedang dengan teganya kelas kajian yang berfasilitaskan AC hanya memiliki 7 peserta.

"menuntut ilmu dunia itu kewajibanku" hanya itukah dikepalanya. Lalu dimana letak ilmu akhirat, bukankah setelah ini pun mereka akan mati? "Aku menuntut ilmu untuk seribu tahun lagi." Atau seperti itu? tidakkah dilihatnya angelina yang telah tiada di usia mudanya?
atau
mereka harus menuntut Tuhan karena hidayah yang belum datang kepadanya.

Lalu untuk apa langit dengan relanya menaungi? udara tanpa habisnya dipertukarkan oleh nafas mereka? dan hukum alam, hukum yang tak menuntut apa-apa.

Akan dengan apa, mahasiswa akademisi itu mengadui nasib?


0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Mengepak fajar | TNB